FKM FLOBAMORA Pecahkan Rekor MURI, Tarian Ja’I Massal,

Administrator | 12.59 |

FKM FLOBAMORA Pecahkan Rekor MURI, Tarian Ja’I Massal,
Laporan : Martinus Laba Uung

FLOBAMORA Sebuah Ajakan

Penghargaan Rekor MURI
Hari itu Sabtu, 16 Februari 2013 Keluarga Besar  Rantauan Nusa Tenggara Timur (NTT) Se-Jabodetabek yang berhimpun dalam wadah Forum Komunikasi Masyarakat Flobamora (FKM-FLOBAMORA) untuk pertama kalinya menggelar pesta rakyat dan karnaval budaya NTT diberi nama “FLOBAMORA CUL-FASHION CARNAVAL” dengan mengusung thema: “NTT MEMANGGIL.” Acara digelar dalam rangka merayakan HUT ke-54 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sekaligus mempromosikan potensi-potensi daerah se-NTT. Rangkaian acara dilaksanakan di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ) Arena Jiexpo Kemayoran Jakarta Pusat

Tujuan dari event ini adalah untuk merajut solidaritas yang kuat diantara Keluarga Besar Masyarakat Flobamora di diaspora NTT Se-Jabodetabek, mengangkat dan mempromosikan kekayaan budaya NTT yang terekspresi dalam keaneragaman tarian, nyanyian, seni tenun, kuliner khas NTT serta berbagai potensi daerah NTT lainnya; Selain itu juga melalui event ini secara langusng mendukung program  sosialisasi kegiatan “Sail Komodo” 2013;

Tidak kurang dari 10 ribu orang NTT yang mengitari kota-kota se-Jabodetabek, bahkan dari Bandung, dan Banten memenuhi semua sisi dan sudut PRJ. Kehadiran keluarga besar NTT tersebut terbingkai dalam pakaian dan assesoris khas daerah masing-masing, sehingga menjadikan Arena PRJ. Berubah menjadi suasana penuh sukacita yang telah pula disatukan dalam ekspresi budaya daerah masing-masing dalam berbagai bentuk. Masing-masing daerah mengenakan kostum dan assesoris daerah, membawa makanan khas untuk dinikmati bersama, membawakan tari dan lagu di atas panggung kehormatan, membawa hasil kerajinan tangan, tenunan dan lain sebagainya. Suasana berbagi cerita tentang perkembangan kampung halaman masing-masing untuk membangkitkan rasa rindu terhadap kampung halaman FLOBAMORA.

Sebagaimana halnya dengan banyak daerah lainnya di luar Jawa, Nusa Tenggara Timur (NTT) juga tetap merupakan wilayah periferi dalam peta ekonomi dan politik Indonesia. Sebagai daerah minus sumber daya alam (mineral), NTT tidak menarik secara ekonomi dan terlalu biasa secara politis. Orang (tidak terkecuali pemerintah pusat) memperhatikan NTT hanya kalau ada bencana alam atau bencana kemanusiaan lain yang terjadi di daerah ini. Padahal wilayah NTT, yang juga dikenal dengan sebutan budaya FLOBAMORA (sebutan yang merujuk pada keempat pulau besar di NTT, yakni: Flores, Sumba, Timor dan Alor), menyimpan sejuta pesona alam dan budaya yang sangat eksotik. Perlu anda dan saya ketahui bahwa Propinsi Nusa Tenggara Tmur yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste, tercatat sebagai provinsi dengan pulau terbanyak di dunia yaitu 566 pulau yang berjajar antara 80-120 derajat LS dan 1180-1250 Bujur Timur. Di antaranya adalah Flores, Sumba, Timor dan Alor. Karenanya NTT sering disebut sebagai Flobamora (singkatan dari Flores, Sumba, Timor dan Alor).

Kazanah budaya yang masih ‘terpendam’ itu sebagian kecilnya telah disajikan dalam arena PRJ disaksikan tamu dan berbagai pengunjung yang datang. Hadir pula tamu kehormatan Gubernur DKI Jakarta Jokowi didampingi Gubernur dan Wagub NTT. Kehadiran Jokowi memenuhi harapan warga NTT yang menginginkan agar Jakarta menjadi etalase promosi wisata budaya NTT ke mancanegara.

Rekor MURI

Tarian Ja'i, Arena Jiexpo Kemayoran Jakarta Pusat.
Lebih dari 20 kabupaten/kota  telah ambil bagian dalam Carnaval budaya tersebut dengan pernak-pernik kekhasan masing-masing dalam balutan busana tradisional berpadu dengan berbagai jenis tarian daerah tumpah ruah di sepanjang jalan sekitar Pekan Raya Jakarta (PRJ). Program pemungkas carnaval budaya ditutup dengan tarian kolosal Ja’i di pelataran PRJ yang melibatkan sekitar 12.000 penari. Tarian massal, yaitu JA’I. Museum Rekor Indonesia (MURI) yang hadir dalam acara itu mencatat Ja’i massal tanggal 16 Februari 2013 itu telah memecahkan rekor nasional dengan jumlah massa 10 ribu orang.

Tari Ja’i  merupakan salah satu tarian tradisional masyarakat suku Ngada yang sering ditampilkan dalam ritus Sa'o Ngaza. Tarian ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan masyarakat. Tari Ja’i ini biasanya dilakukan secara masal oleh masyarakat suku Ngada, semakin banyak yang mengikuti tarian tersebut maka akan semakin hikmat. Bagi masyarakat Ngada, selain sebagai ungkapan rasa syukur, Tari Ja’i juga memiliki nilai-nilai kehidupan masyarakat yang sangat penting didalamnya.

Konon, tarian massal ini asal-usulnya dari India yang pada abad pertengahan dibawa para eksodus India ke Flores, NTT. Tak heran kalau Ja’i khas Bajawa ini mirip dan sebangun dengan satu jenis tarian populer di India bernama Ja’i Ho. Tarian Ja’i dilakukan untuk merayakan suka-cita, kemuliaan jiwa, dan kemerdekaan ruh. Ja’i di depan rumah (kisa nata) yang dijadikan tempat pemujaan sakral (Djawamaku, 2000).

Kemiripannya terletak pada kharakter dasar tarian itu sendiri, yakni sebagai tarian massal atau tarian komunal (bukan aksi individu). Semakin banyak orang yang ikut menari (Ja’i), semakin nikmat dan indah Ja’i itu ditonton. Karena itu tarian ini hanya cocok bagi masyarakat komunal (lawan dari masyarakat individual) yang menjadi ciri khas masyarakat NTT kebanyakan. Sisi lainnya adalah keajegan ragam gerakannya. Sedikit ragamnya namun dilakukan berulang-kali mengikuti irama lagunya yang khas atau gong-gendang yang mengiringinya. Simple ragamnya namun kaya energinya. Dilakukan penuh rasa, sepenuh jiwa, sembari merengkuh dan melepaskan energi.

Tarian daerah khas Bajawa dari Pulau Flores ini sudah sangat populer di kalangan masyarakat NTT diaspora, baik di dalam maupun di luar negeri. Sekitar sepuluh  ribu orang seakan terhipnotis larut dalam keseragaman gerakan JA’I penuh energi asal kabupaten Ngada ini. 

Barangkali inilah salah satu pertimbangan MURI mengapa Ja’i dipilih masuk rekor. Tidak saja karena jumlah massa terbanyak, tetapi juga suasana sukacita yang dihasilkan dari energi ja’i, serta penyebaran tarian ini begitu cepat sampai hingga ke berbagai pelosok negeri. 

Acara Puncak yang meriah ini ditutupi dengan tarian Ja’i bersama dan menyanyikan secara bersama-sama lagu sayonara, sampai bertemu dilain kesempatan

Category: , ,