Ahli Bahasa Indonesia Ternama dari Lembata-NTT

Administrator | 21.14 |


Doktor bidang linguistik lulusan Universitas Indonesia ini merupakan salah satu ahli bahasa terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Buku-bukunya sering digunakan sebagai acuan belajar bahasa Indonesia di berbagai lembaga pendidikan. Bagi orang Lembata dan Flores pada umumnya, ia menjadi sosok pemberi inspirasi yang membanggakan.


Gorys lahir di Lamalera, Lembata, Nusa Tenggara Timur, pada 17 November 1936 dengan nama Gregorius Keraf. Gorys Keraf menempuh pendidikan dasar dan menengah di kampung halamannya. Setelah tamat SMA, Gorys melanjutkan studinya di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia (UI), dan lulus tahun 1964.

Setahun sebelum kuliahnya rampung, tepatnya pada 1963, ia diangkat menjadi dosen tetap di Fakultas Sastra UI, di samping menjadi koordinator Mata Kuliah Bahasa Indonesia dan Retorika di Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial. Selain di UI, ia juga mengajar di Universitas Trisakti, Universitas Tarumanegara, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Unika Atma Jaya Jakarta, Perguruan Tinggi Kepolisian, dan Jakarta Academy of Languages di Jakarta. Jauh sebelum diangkat menjadi dosen, penguasaan ilmu dan pengalaman mengajar didapatnya dari berbagai sekolah menengah di NTT dan Jakarta.

Kepakarannya di bidang bahasa kian bertambah setelah pada 1978, ia meraih gelar doktor dalam bidang linguistik di UI dengan memilih topik Morfologi Dialek Lamalera sebagai judul disertasinya. Bagi orang Lembata dan Flores pada umumnya, ia menjadi sosok pemberi inspirasi yang membanggakan. Maklum, pada 1980-an dan 1990-an masih sangat sedikit orang Flores yang bisa meraih gelar doktor, profesor, bahkan menjadi intelektual ternama di Indonesia.

Sejumlah buku karangannya telah membuka wawasan banyak orang agar lebih mudah memahami seluk beluk Bahasa Indonesia. Buku-buku tersebut antara lain Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia, Tata Bahasa Indonesia, Linguistik Bandingan Tipologis, Linguistik Bandingan Historis, Diksi dan Gaya Bahasa, Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia Untuk Umum, Argumentasi dan Narasi, Eksposisi dan Deskripsi, dan Komposisi.

Selain mengajar di kampus, Gorys juga menjadi pengasuh tetap rubrik “Pembinaan Bahasa Indonesia” di harian Surya Surabaya, serta sesekali tampil di layar TVRI membawakan acara “Pembinaan Bahasa Indonesia”.

Sejumlah buku karangannya telah membuka wawasan banyak orang agar lebih mudah memahami seluk beluk Bahasa Indonesia. Buku-buku tersebut antara lain Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia, Tata Bahasa Indonesia, Linguistik Bandingan Tipologis, Linguistik Bandingan Historis, Diksi dan Gaya Bahasa, Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia Untuk Umum, Argumentasi dan Narasi, Eksposisi dan Deskripsi, dan Komposisi.

Komposisi, judul yang terakhir disebut, pertama kali diterbitkan tahun 1971 kemudian dicetak ulang sekitar tahun 90-an. Buku tersebut menjelaskan bagaimana teknik seorang penulis dalam melengkapi sebuah karyanya. Menurut Gorys, dibutuhkan beberapa hal yang perlu dicermati seperti pengumpulan data, kutipan, dan footnote.

Pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara wawancara kepada narasumber langsung, atau kepada setiap golongan orang yang berhubungan dengan kebutuhan informasi si penulis. Observasi atau penglihatan langsung juga mengajak penulis untuk bisa melihat lebih dekat pada fakta yang terjadi di lapangan. Teknik tersebut juga dapat membantu mata dan hati lebih peka sehingga sang penulis mampu menganalisa perkembangan sebuah obyek dengan pasti.

Selanjutnya Gorys membahas tentang kutipan. Dalam bukunya, Gorys mengatakan bahwa mengutip adalah suatu hal yang tidak akan pernah terlepas saat membuat tulisan. Oleh sebab itu, aturan mengutip sangat ditekankan untuk menghindari plagiatisme yang bisa saja terjadi. Kutipan dibedakan menjadi dua yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Prinsipnya dalam mengutip, jangan mengadakan perubahan, tidak boleh memperbaiki langsung kesalahan dalam kutipan tapi harus menggunakan sic!, dan juga tidak boleh menghilangkan bagian bila itu mengubah makna aslinya. Yang terpenting ialah menempatkan tanda kutipan untuk menunjukkan jati diri penulis terhadap pendapat yang dikutip.

Profesor bahasa ini menghembuskan nafas terakhir pada usia 66 tahun di Jakarta, pada 30 Agustus 1997. eti | muli, red
Data Singkat
Gorys Keraf, Ahli Bahasa Indonesia, pengajar / Ahli Bahasa Indonesia Ternama | Ensiklopedi | Profesor, Dosen, Guru, Universitas Indonesia, Ahli, Penulis, Pakar Bahasa

Category: